Kamis, 03 Juni 2021

Memang

PERHATIAN!!! Kalian akan memergoki saya yang "se-enaknya" menulis dengan menggunakan gaya bahasa yang santai dengan bumbu-bumbu monolog yang berasal diri saya sendiri. Tanpa basa-basi, kuy.

    Semakin bagus kualitas sebuah unit pendidikan, let's say tenaga pengajar -bukan gedungnya wkwk, maka kualitas siswanya bisa dipastikan mengikuti. Dalam hal ini, bukan memasukkan kriteria seperti: berapa lama gedung tsb dibangun, di urutan ke-berapa nama gedung tsb berada dalam list "DAFTAR NAMA SEKOLAH TERBAIK", bukan juga bagaimana nasib alumni ke-depannya. Maksud dan hubungannya ada? Begini, hal yang membuat minat belajar menurun salah satunya adalah stigma masyarakat baik kelas menengah ke atas ataupun menengah ke bawah, yang kerap kali menganggap bahwa seseorang bisa menjadi PINTAR jika disekolahkan di gedung TERBAIK (sejujurnya saya sendiri kurang srek untuk menyebut 'sekolah terbaik' kenapa? karena memang bukan itu yang dijadikan tolak ukur) -oke lanjut ya.

    Masyarakat memegang pengaruh yang memang cukup memengaruhi berdasarkan stigma mereka yang selalu menyandingkan anak pintar dengan sekolah terbaik, faktanya cukup membuat nyali anak-anak lain menciut. Padahal! Di Idunia ini semua manusia baik dari yang umurnya masih balita, kemudian beranjak ramaja, lalu dewasa bahkan usia di atas 50 tahun, semuanya punya kemampuan masing-masing yang mana jika diulik, didalami, dan dieksplor lebih jauh maka kemampuan-kemampuan tersebut bisa menjadi bom yang nantinya sangat membantu di era mendatang. Era tersebut bahkan sudah dipastikan tidak lagi sederhana seperti sekarang.

    Berdasarkan fakta tersebut, banyak hal positif yang sebenarnya masyarakat bisa lakukan daripada menanamkan stigma negatif yang dari dulu itu-itu saja. Akan lebih baik untuk mau dan bersedia mengajarkan kepada orang lain (bisa melalui semua media tentunya) mengenai "ini loh yang sedang kita hadapi, begini loh kondisi pendidikan saat ini" dst. Kenapa harus diarahkan seperti itu? Karena memang yang seharusnya menjadi patokan adalah jati diri sekaligus bibit yang bagus yang sudah pasti ada pada diri masing-masing anak. Tidak penting anak tersebut mengenyam pendidikan di sekolah swasta, negeri atau bahkan internasional. Selama anak tersebut sadar akan jati diri dan keunggulannya, biarkan mereka yang menentukan. Tidak perlu adanya batasan dalam pendidikan. Tidak perlu dicekoki dengan perbedaan sekolah kota dan desa, sekolah nomor satu, dua, tiga, institut atau universitas dst. 

    Bibit unggul, kalau ditimpa dengan 'racun', mungkinkah bisa layu? Mungkin saja. Dengan demikian, yang perlu dan harus diajarkan kepada anak saat ini adalah pelajaran tentang mengenali diri sendiri. Seberapa penting itu? Sangat penting karena hal itu seperti sebuah 'penawar' jika suatu hari kita terkena racun~ iya, dengan mengenal siapa diri kita, kemampuan apa yang kita bisa, dan kesiapan kita menghadapi tipe-tipe masyarakat yang begitu beragam. 

    Jika di kemudian hari anak tersebut terkena racun seperti itu, tidak perlu repot-repot dan  berlama-lama bagi dia untuk mencari solusi. Cukup dengan mengeluarkan penawar yang dia punya, semua selesai. Tidak sampai melunturkan semangat untuk tetap dan terus belajar, tidak perlu pindah ke sekolah yang "difavoritkan" juga tidak perlu menjadi beban di dalam pikiran cerdas seorang anak.

    Mulai sekarang, sadari bahwa musuh kita semua di kemudian hari tidaklah mudah, maka dari itu lebih baik tetap FOKUS dan tidak perlu menjadikan omongan kerdil seperti 'itu' menjadi hambatan keberhasilan kita di masa depan. Trust then do!!

1 komentar:

Mahasiswa Wajib Tahu: Inilah Masjid Sultan Penyedia Takjil Gratis di Malang

  Video suasana berbuka puasa gratis di masjid "sultan" Abdullah Permata Jingga, Malang MALANG- Bulan Ramadhan selalu menjadi mome...